Sabtu, 22 November 2014

Keep Calm


Bertemu dengan jodoh itu, kadang kita nggak pernah tau, kapan datangnya dan bagaimana jodoh kita. Semua rahasiaNya. Dan aku pribadi pun, sebelum ketemu dengan jodohku ini (in shaa Allah), dipertemukan dulu dengan berbagai bentuk rupa lelaki. Kalo kata temen2ku yang masih single, komennya cuman, gile ye lo, gw aja yang belom merit, lo udah mau merit aja yang kedua kali.. Ya alhamdulillah aja sih dikomenin kayak getu. Hihihi sambil nyengirrr.. Jodoh memang ditentukan olehNya, tapi ikhtiar kita juga dalam mencari jodoh dan kemudian diapprove olehNya.

Jadi, belajar pengalaman sebelumnya, jiyee.. Paling males kalo ada cowo ngajak pacaran, soalnya kenapa, mau pacaran mpe kapan? Trus kalo ada cowo yang deketin tapi gak tau maksud juntrungannya apa, gak ada komit sama sekali, hmm, singkirkaaaan. Sombong? Ya kita yang bertanggung jawab dengan hidup kita, apalagi aku punya anak. Walo ketika mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan hubungan itu agak berat, karena khawatir tidak terima, ntar bunuh diri, hueeehh.

Beberapa waktu lalu ada yang curcol padaku, karena sudah berumur, masih gadis, tetapi belum ketemu jodoh juga. Sudah dikenalin dan kenalan kesana sini. Hmm.. aku dulu juga merasakan, tetapi mungkin karena pikiranku yang sudah terkuras habis ke Dinda, dan teman-teman juga ada yang mengenalkan.. ya aku santai saja. Mama juga bilang, jalani saja seperti air mengalir. Kalo mau kepikiran ya kepikiran, kayak apa ya suami gw nanti, kayak apa ya bapak sambung Dinda. Halah, capek nian pun. 
Tapi ada juga, yang curcol, katanya pasrah aja deh, asal gw gak ganggu orang, gak nyolong-nyolong, lhooo kalo kayak ini udah apatis kayaknya, hehe.. mbok ya yang optimis saja tho.





Yakin, saat itu akan datang. Perempuan tulang rusuknya pria, asal jangan jadi tulang punggung aja, huhuhu 




Perih itu, sudah lewat..

November ini, kalau aku masih meneruskan pernikahanku dengan ayahnya Dinda,  itu menginjak 13 tahun. Ingin mengabaikan tanggal itu, tapi masih teringat gimana mulesnya perut ketika dirias jadi manten, bolak balik toilet tapi tidak bisa mengeluarkan apapun. Yah.. itu masa lalu. Menjalani pernikahan selama 11 tahun kurang, dengan 10,5 tahun tinggal di rumah mertua kemudian ak dan Dinda keluar dari sana dan lanjut tinggal di rumah kontrakan dekat sekolah Dinda. Berharap dapat mengulang kembali pernikahan dengan hidup susah di rumah kontrakan, ternyata tidak berhasil menyelamatkan pernikahanku. Perih.. kalau Farra ponakanku yang usia 2,5 tahun sering bilang, syakitnya di syini budeee.. [kalo ngomong S jd SY, hadeuh]
Masih ingat ketika suatu hari di rumah kontrakan, hanya punya uang sepuluh ribu, udah dijemput Nyak, tetanggaku dan sekaligus mamanya Chaca temen Dinda sekolah, kita biasa kalo pagi ke pasar deket rumah kontrakanku di komp DPR II Kebon Jeruk. Dengan uang sepuluh ribu aku beli toge dan tempe. Jadilah hari itu aku dan Dinda makan tumis toge & tempe goreng. Alhamdulillah, masih bahagia kok walopun makan sederhana seperti itu. 



seger-seger sayur di Teh Vina 

Ke pasar sama temen-temen

Mulai masuk sidang di PA, aku disidang juga oleh pakde dan om, kakak dan adik Mama, supaya aku dan Dinda pulang kembali ke Rawamangun. Baiklah.. Dalam artian dalam setahun aku pindahan 2 kali. Dan semua itu ak packing sendiri. Yang di rumah mertua, nurun-nurunin dus barang dari lantai 2 ke mobil kijangku sendirian sisanya dibantu supir dan tukang pada hari mobil pick up datang. Karena beberapa dus memang aku cicil bawa dengan Kijang. Ketika kembali ke rumah Rawamangun, yang kubawa hanya baju dan buku. Selebihnya barang-barang ditaro di rumah Mama yang di Citereup. 
Rasanya tidak enak keluar dari rumah mertua kala itu, aku hanya bisa berkata ke mama mertua, saya bawa semua barang yang saya beli dengan uang sendiri. Dan kala itu, tetangga depan bu Rum hanya komentar, barangnya mama Dinda banyak juga ya, pick up kecil bolak balik 3 kali anter barang ke rumah kontrakan, hmmm, ada ember, jemuran, kulkas, mesin cuci, hadeuuuh... kalo inget itu semua miris, kadang pengen ketawa, tolol banget deh aku hampir 10 tahun lebih di rumah mertua, sepupunya aja bilang, teteh kuat amat di mertua, pretttt... 
Yaaah, dari itu semua bisa diambil hikmahnya. Aku sedikit tau bisa memasak praktis, karena mertua pintar memasak. Tapi sampai sekarang tak satupun masakan resep beliau aku praktekkan. Selain gak pernah dicatet juga beda selera. Aku selera orang kampung. Yang makan apa adanya. 
Setelah sidang usai, berat badanku naik 4kg, entah sangat bahagia atau sangat menikmati kembali ke rumah Mama atau bisa juga stres menghadapi Dinda yang mulai mengalami perubahan perilaku. Dua psikolog dan 1 psikiater dikunjungi oleh aku dan Dinda. Dinda cocok dengan psikolog terakhir. Dari hasil hipnoterapi, Dinda belum bisa memaafkan orang-orang yang telah mengecewakan Dinda. Yang pasti itu bukan aku. Tapi aku sendiri ada perasaan bersalah juga, karena aku yang menggugat, aku yang minta pisah. Seiring berjalannya waktu Dinda makin membaik, karena aku rutin tiap jelang tidur kulakukan hipnoterapi untuk Dinda, juga tapping SEFT.. Kami berdua saling menguatkan. Aku sendiri juga disarankan psikolog untuk hipnoterapi. Menyembuhkan hati, menguatkan diri sendiri, atas apa yang telah terjadi semua di diriku, aku yang bertanggung jawab untuk diriku dan anakku. Dalam kurun waktu itu, beberapa lelaki datang dan pergi, pertama Elang, yang dikenalkan oleh Kiki sepupuku, Elang yang head HRD di perusahaan keuangan berkantor di seberang Sarinah Thamrin, yang hanya lewat sebagai penghibur lara.. aaah,, ternyata dia kenal dengan Dono, sepupunya mantan yang juga suka dengan aku, halllllah. Dunia semprittt eh sempit.  Mereka, Elang dan Dono yang duduk bersebelahan dalam suatu seminar sebagai sesama pembicara di Lembang, eleuh eleuh,,, 2 pria yang menyukaiku.... huedeeeeh.. berasa terbang dan merasa tolol kalo inget hal itu.. huftt
Kenal dengan Elang membuatku lebih berhati-hati lagi untuk kenal dengan pria lain, Kali ini dengan letkol dari angkatan laut di Surabaya. Dikenalin juga, oleh teman perias yang teman SMAnya si letkol ini. Tapi setelah cek & ricek, ternyata masih gantung bow, belum resmi cerai di negara. Tau aja cerai di angkatan itu kan antri nunggu approval di negara. fiuh... Ada-ada ajalah pokoknya. Setelah itu ada manager anak perusahaan BUMN, kalo ini kok dari awal gak sreg Dindanya, dan aku sendiri gak pernah dikenalkan dengan orang tuanya. Aaaah, lewat aaah.. oh ya, sebelum si manager ini, ada juragan batik di Thamcit, brondong bow, usia 31 tahun beda usia 9 tahun denganku. tajir sih tapi hadeuhhh.. dikejar-kejarlah aku. Aku sampai berganti pin, hahaha.. ampuuun... Temen SMA, mantan pacar pertama, yang juga mencoba menjalin cerita cinta, ealaaaahhh #banyakajah
Selama ini aku hanya berdoa kepada Allah SWT, kalau dapat suami itupun bonus, tapi aku boleh dong berdoa, dapet suami atau berjodoh dengan pria yang berejeki baik, berakhlak baik, berwajah baik, duda tanpa anak atau bujang seusiaku. Doa itu bisa diapprove langsung atau ditunda olehNya. Dan aku melewati semua itu dengan bertemu pria-pria yang menurut orang lain itu baik tetapi menurutku tidak. Kadang aku dibilang sadis oleh teman-temanku. Abis gimana ya, wanita kan memilih. Dan aku juga disirikin sama teman-teman yang seusiaku tetapi belum menikah. Istilahnya, Dyah mau nikah lagi, gw masih jomblo.. Waah kalo itu sih bukan salah aku yaaah... hahahaha 
Untuk teman-temanku, yang banyak mendoakanku, baik yang single maupun yang sudah berkeluarga, yang mau terima sharingku.. I love you full deh, Allah semua yang membalas kebaikan kalian semua. Papa Mama juga yang minta aku untuk solat malam, kadang kesiangan juga solat malam. Itu mas Koko yang negur, solat malam kok jam 4.., kikikikikkkk... molor is the bestlah, bisa lupa solat dan kewajiban lainnya. 
Dengan menjalani hidup sendiri, yang dari dulu memang aku biasa mandiri beli apa-apa sendiri, kalau sekarang ketambahan membiayai Dinda, seperti uang donasi sekolah, les, rumah sakit kalo Dinda sakit, bayar uang kas kelas, ini itu, belum minta jalan-jalan ke mall, beli ini itu, bayar asuransinya, alhamdulillah, ikhlas menjalankan semua. Tapi kadang Dinda minta-minta juga ke ayahnya untuk beli sepatu atau uang pulsa, kalo uang sekolah diminta tetep gak bakal keluar ya biarin ajalah. Walau aku tidak bekerja di kantor, hanya perias, bekerja sendiri di sanggar sendiri. Sanggar rias yang kuambil dari nama Dinda Ardya, kusingkat jd Dinardya Rias Pengantin itu bermula dulu waktu kami masih di rumah kontrakan di Kebon Jeruk. Untuk asesoris pengantin aku bisa beli sendiri, kalo busana penganten ada yang dapet lungsuran dari koleksinya Mama, mayaaan :)

Rias Pengantin Muslim di Sukapura Jakarta Utara

Aku in action, candid by photographer Koko Anaknaga

Aku memberi kelas self make up ke Lina temenku di Cempaka Putih Jakarta Pusat

Semuanya alhamdulillah aja, walau merasa cukup saja, aku Dinda masih happy-happy ajah. Oh ya, tahun lalu, sebulan setelah putusan pengadilan, papa belikan aku motor scoopy, dan 6 bulan kemudian tuh scoopy lenyap di saat aku buka puasa hari Senin. wong edun itu pencurinya, di garasi, berjarak 2 meter dari aku duduk, semua di ruang makan lantai bawah anak ponakan menemaniku buka puasa, tidak ada yang mendengar pintu garasi bergeser.. Dari situ agak down juga.. maknyussss rasanya, mana gak diasuransi, beli cash dan aku menggampangkan untuk mengurus asuransinya nanti nanti saja.. hiks hiks.


Tetapi setelah lebaran tahun ini, kubeli motor Honda non matic paling murah, dateng ke dealer yang sama nanya sama mbaknya, mbak.. motor non matic paling murah apa ya? Mbaknya nunjukin itu Revo. Dan akhirnya Revo berpindah ke rumah. Daerah Rawamangun tanpa naik motor, hadeuh, kalo pagi macet dimana-mana, karena harus mengantar Dinda ke sekolah. Keluar rumah kena macet sekolah TK-SMA Muhamadyah, maju lagi ke Sunan Giri kena TK-SMP Al Azhar dan SMP-SMA Diponegoro, belum lagi jl pemuda macet sekolah Lab School, lewat belakang lewat UNJ atau kadang lewat komplek dosen IKIP. Rawamangun oh Rawamangun.. Macet dan kalau malam rame kuliner.
Tapi kok orang-orang itu komen aja aku beli motor, kok cash gak nyicil, kok non matic, ada yang komen bilang hebat bisa non matic, lha, apa beda tho? Mungkin aku yang suka menggampangkan apa aja, jadi naik motor non matic gak masalah, belajar sama Ujang sekali trus bisa :) Tapi salah juga deh beli motor bulan Agustus, itu tiap bayar pajaknya bulan Agustus, biaya lagi gede-gedenya yah? Tahun ajaran baru dan ulang tahun aku dan Dinda, wuiiih, tak dipikir waktu belinya, ups...


Sekarang, menata hati. Sebetulnya menata hati sudah lama. Tetapi selalu berusaha untuk menata hati menjadi manusia yang lebih baik. Lebih khusyuk solat, baca Al Quran tiap hari, banyak sedekah. Oh ya, mantan sudah menikah setahun setelah ketuk palu, Dinda ketika diberi tahu ayahnya sempat shock dan mengadu padaku, "Ayah mau menikah dengan teman yang sudah lama dikenalnya bu, tantenya kerja di salon." Aku ketika itu hanya bisa membesarkan hati Dinda, salah satu dengan mengatakan akan ada ibu yang lain akan menyayangi Dinda dan akhirnya Dinda kebesaran hati, mau  juga dateng ke akad nikah ayahnya di KUA Serpong. Alhamdulillah lagi, Dinda tidak terlalu terpukul kali ini, walau aku selalu menyediakan kuping dan hati untuk mendengarkan semua keluh kesahnya. Kami memang cukup dekat dan kadang berantem juga untuk hal-hal sepele, hehe. Dinda kadang masih maen ke rumah kakeknya disana, dan aku membiarkan Dinda dijemput ayahnya. Komunikasi aku dengan ayahnya sudah tidak pernah lagi. Terakhir komunikasi ketika ayahnya email aku sebulan setelah resmi pisah supaya aku periksa ke psikiater. Dan bloonnya kuturuti dengan tes karakter di psikiater di RSPP, alhamdulillah lagi, tes karakter yang memakan waktu hampir 2 jam dan biaya hampir 1 juta, hasilnya.. gak ada kelainan akunya tuh. Kata sepupunya, "Ealah Teh, ngapain diturutin" Ya maksudku, emang gw gila beneran apa ya gw gugat dia, ternyata tidak tuh. Psikiater hanya menyimpulkan aku depresi pasca perceraian dan itu katanya wajar dialami oleh wanita sepertiku. Well, memang, selama tinggal di mertua, aku ada psikosomatis seperti kerikan hampir tiap minggu karena pusing-pusing, sakit magh terus-terusan padahal sudah makan teratur, sering mengomel tidak jelas, rasanya sudah dienjoy2in tp tetep aja. Sekarang, jarang kerikan, sebulan sekali tetep pijet dan lulur untuk rileksasi manggil mbak Masnah.
Setelah pisah, banyak orang bertanya, tepatnya kepo, cerita kenapa pisahnya. Aku hanya jawab singkat, nggak panjang jodoh :)


Menurutku, pisah baik-baik untuk kebaikan semua tetapi tetap tidak ada yang baik pada akhirnya. Well, it's a life. Just face it.