Di kota Malang, banyak sekali depot yang menyediakan menu masakan nasi rawon. Kali ini saya penasaran dengan Rawon Nguling salah satu kuliner legendaris yang sudah ada sejak tahun 1942. Bagaimana ceritanya Rawon Nguling dapat terus eksis hingga sekarang, yuk simak uraian Bapak Dwi Cahyono, putra Ibu Sri Rejeki, yang mewakili pemilik Rawon Nguling
1. Sejarah Rawon Nguling
Rawon Nguling yang awalnya terletak di Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan pada tahun 1942 bernama Depot Lumayan. Menu yang disukai pelanggan di Depot Lumayan ini adalah nasi rawon. Karena lokasi depot yang berada di Kecamatan Nguling dan kemudian pelanggan yang datang banyak menyebut Depot Lumayan sebagai Rawon Nguling, sehingga trade mark Rawon Nguling sudah melekat kuat di Depot Lumayan itu. Di Nguling sendiri tulisan Depot Lumayan masih ada hanya pelanggan sudah familiar dengan nama Rawon Nguling.
Rawon Nguling yang didirikan oleh mbah Lik tahun 1942 itu sekarang sudah memiliki lima cabang di Surabaya, satu di Jakarta dan satu di Malang. Ibu Sri yang merupakan adik dari Mbah Lik yang usia antara mereka berdua terpaut jauh. Mbah Lik yang nomor 2 dan Ibu Sri yang nomor 10 dari 11 bersaudara. Ibu Sri yang sekarang masih sehat dan sudah berusia 70 tahun ini dahulu menikah dengan seorang tentara kemudian pindah mengikuti suaminya ke Malang pada tahun 1983.
Pindah ke kota Malang Ibu Sri dan keluarga menempati sebuah rumah di jalan Lembang. Dengan berpindahnya Ibu Sri ke kota Malang sekalian membuka cabang Rawon Nguling di kota ini. Sedangkan untuk depot Rawon Nguling dipinjami tempat oleh seorang teman ibu Sri dengan menempati ruang ganti sebuah gedung kesenian yang bernama Gedung Kesenian Wijaya Kusuma dekat alun-alun kota Malang. Dan di tahun itulah Rawon Nguling mulai membuka cabang tepatnya di ruang ganti Gedung Kesenian Wijaya Kusuma di jalan Zainul Arifin no 62, Malang hingga sekarang.
Gedung kesenian yang sudah tidak digunakan tersebut kemudian dipugar tahun 1984 dan dibeli oleh Ibu Sri. Sampai saat ini tidak begitu terlihat keberadaan bekas gedung kesenian, sebagian yang dapat dilihat sekarang ini adalah bekas ruang ganti Gedung Kesenian Wijaya Kusuma yang sekarang menjadi depot Rawon Nguling.
2. Cara Memasak Rawon Nguling Yang Lezat
Rawon Nguling di Malang sejak tahun 1983 masih eksis hingga sekarang dipimpin langsung oeh Ibu Sri. Ibu Sri sendiri yang langsung mengontrol pembuatan bumbu semua menu masakan dibantu anak perempuan dan karyawannya yang berjumlah 20 orang. Depot Rawon Nguling yang buka dari jam 7 pagi sampai dengan jam 15.30 menyediakan aneka masakan khas Jawa Timur. Pengunjung yang ingin sarapan maupun makan siang dapat memilih dan menikmati menu hidangan di depot ini.
Di depot untuk produksi rawon sendiri dilakukan setiap hari. Dahulu memasak rawon masih menggunakan kayu bakar, tetapi sekarang sudah dengan cara modern menggunakan kompor dan gas. Proses pembuatan rawon dari dahulu sampai sekarang masih sama. Bukan dengan cara memasak rawon kemudian diinapkan, tetapi kompor menyala terus menerus mulai dari jam 3 sore sampai jam 12 malam menggunakan api besar. Kemudian dilanjutkan sampai jam 3 pagi menggunakan api sedang. Kemudian dilanjutkan memasak dengan menggunakan api kecil sampai jam 5 pagi dan pada jam 7 pagi depot pun dibuka untuk menerima pengunjung yang ingin sarapan.
Ibu Sri sangat menjaga sekali keaslian resep menu masakan di Rawon Nguling. Beliau tidak pernah melakukan modifikasi resep tetapi masih tetap menggunakan resep warisan yang terdiri dari rempah-rempah dan kluwek yang segar supaya didapat kuah rawon yang lezat khususnya untuk menu nasi rawon.
3. Menu di Rawon Nguling
Di Rawon Nguling, selain menu andalannya nasi rawon, juga menyediakan menu lain khas daerah Jawa Timur. Seperti rawon tutup dengkul, rawon buntut, nasi gule kambing, lodeh pecel, nasi pecel, nasi lodeh, dll. Nasi rawon dengan harga Rp35.000 sudah mendapat seporsi nasi dan semangkuk rawon yang dilengkapi dengan sambal dan taoge. Kuahnya yang tidak terlalu hitam dan pekat serta potongan dagingnya yang besar dan empuk serta rasanya yang gurih lezat membuat saya sangat menikmati Rawon Nguling siang itu. Ditambah dengan lauk pelengkap seperti tempe, mendol, perkedel, empal, paru, babat, otak, limpa yang disediakan dalam piring tersendiri makin menambah istimewa menu di depot Rawon Nguling. Pelengkap lain seperti kerupuk yang dapat dipilih antara lain kerupuk udang atau kerupuk ikan.
Untuk menu minuman tersedia minuman panas dan dingin. Seperti es dawet, es jeruk manis, es jeruk nipis, jahe panas, kopi jahe dll. Minuman bersoda maupun minuman tradisional seperti beras kencur dan es sinom juga tersedia di depot Rawon Nguling.
Tidak hanya wisatawan luar kota yang datang ke Rawon Nguling, para pejabat dan artis di Indonesia juga menempatkan Rawon Nguling sebagai menu favorit mereka. Beberapa keluarga mantan Presiden RI yang ketika masih menjabat dan sampai sekarang masih sering memesan menu di Rawon Nguling dan secara teratur sebulan sekali menu Rawon Nguling dikirim ke Jakarta. Ini yang menandakan menu Rawon Nguling masih dicari dan masih eksis di dunia kuliner khas Jawa Timur.
Siang itu makan siang saya ditutup dengan menyeruput kopi jahe. Segar sekali ada rasa hangat sampai ke perut dan terasa nikmat menghilangkan penat siang itu. Saya sudah mencoba menu nasi rawon di Rawon Nguling dan kapan kalian menyusul ke sini?
About My Life
Selasa, 12 Februari 2019
Sabtu, 09 Februari 2019
Lima Kuliner Melegenda di Kota Malang
Di kota Malang banyak kuliner yang melegenda. Saya menyebut melegenda karena sudah ada sebelum tahun 1945 zaman Indonesia merdeka. Saya coba merangkum lima kuliner yang sudah saya datangi, Yuk simak yuk.
Warung Lama Haji Ridwan 1925
Warung Lama Haji Ridwan menyediakan menu makanan khas Jawa Timur seperti nasi campur, nasi soto, sate komoh sapi, nasi krengsengan sapi, nasi rawon, sate usus dll. Menu minuman disini tersedia minuman dingin dan panas.
Sate komoh sapi dan sate usus di Warung Lama H Ridwan (dok: pribadi)
Oh ya jangan lupa, kalau kita memilih sate komoh atau sate usus, minta dibakar dulu ya. Walaupun sudah matang dan telah berbumbu, tetapi lebih nikmat bila menyantapnya setelah dibakar terlebih dahulu. Sate komoh sapi dengan serat dagingnya yang lembut di mulut juga sate ususnya empuk sekali dengan bumbu yang terasa sedikit manis. Dari dahulu hingga sekarang Warung Lama Haji Ridwan tetap mempertahankan cita rasa menu masakannya, ungkap Pak Yusup generasi ketiga yang sekarang memimpin Warung Lama Hj Ridwan.
Dengan Bapak Yusup generasi ketiga Warung Lama H Ridwan (dok: pribadi)
Warung yang berlokasi di lantai bawah Pasar Besar #B15-B16 sudah berdiri sejak tahun 1925 dengan perabotan meja kursi yang masih dipertahankan sejak jaman dahulu. Warung yang tidak mempunyai cabang ini buka dari jam 8 sampai jam 4 sore dan selalu ramai dikunjungi pelanggan setianya. Karyawan yang bekerja di Warung Lama Haji Ridwan dengan masa kerja 10 tahun akan diberi reward berupa perjalanan umroh ke tanah suci Mekkah.
Depot Han Tjwan Sing (HTS) 1927
Depot HTS yang sekarang terletak di jalan Dr Wahidin 123 Lawang ini awalnya tahun 1927 berupa lapak jualan kue di depan Pasar Lawang tahun 1927 oleh Bapak Han Tjwan Sing. Kue-kuenya yang enak terutama kue onde-onde banyak dibeli oleh penjual kue yang kemudian menjajakan kuenya ke penumpang bis yang bisnya banyak mangkal di depan Pasar Lawang. Depot HTS yang sekarang sudah dipegang oleh generasi ketiga yaitu Ibu Janny dan Ibu Lenny, adiknya Ibu Janny pada tahun 1988 pindah ke tempat baru dengan bangunan tiga lantai dan dilengkapi dengan area parkir yang luas.
Foto alm bpk Han Tjwan Sing yang digambar dengan goresan pensil tetangganya yang bisu tuli (dok: pribadi)
Dengan bertambahnya jenis menu seperti menu masakan berupa nasi rawon merah yang menjadi khas andalan Depot HTS, nasi rawon hitam, nasi sop merah, nasi iga dll menjadikan depot ini lebih ramai dikunjungi wisatawan yang hendak menuju ke Malang terutama di hari libur. Karena Lawang sendiri terletak di antara Surabaya dan Malang. Nasi rawon merah dengan potongan daging yang besar dan empuk berkuah merah tanpa kluwek yang gurih ditemani es kelapa kopyor sangat nikmat sekali. Mantap!
Nasi Rawon Merah (dok: pribadi)
Es Kelapa Kopyor (doc: pribadi)
Depot yang buka dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam ini memiliki 25 orang karyawan. Selain kue onde-onde yang menjadi khas andalan Depot HTS juga tersedia kue lemper, kroket, risol dll. Kue-kue ini diproduksi setiap hari dan bila pengunjung sepi maka ada kue yang bersisa. Dan kue-kue ini dibagi ke gereja dan panti asuhan di sekitar depot seperti Mutiara Bunda, Griya Asih, Griya Bina, dll.
Cemilan kue di etalase (dok: pribadi)
Onde-ondenya yang melegenda itu, zaman dahulu kala menjadi santapan favorit orang Belanda. Sampai sekarang, teman pemilik Depot HTS dari Belanda bila datang ke Indonesia pasti menyempatkan mampir ke Depot HTS untuk melepas kangen mencicipi onde-onde.
Tahu Lontong Lonceng 1935
Warung Tahu Lontong Lonceng berawal tahun 1935 dan sekarang sudah generasi ketiga dipimpin oleh Bapak Buang Abdul Rohim. Warung yang berlokasi di jl RE Martadinata, berseberangan dengan Kelenteng Eng An Kiong dan bersebelahan dengan Rumah Kematian Panca Budi. Tempatnya yang tidah terlalu luas hanya berukuran 3 x 5 meter dengan ada papan kecil di depan warung bertuliskan Warung Tahu Lontong Lonceng ini selalu ramai dengan pelanggannya. Disebut Tahu Lontong Lonceng karena dulu ada tugu dengan lonceng besar tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.
[ Warung Tahu Lontong Lonceng (dok: pribadi)[/caption]
Tahu Lontong Lonceng yang tidak membuka cabang dimanapun buka dari jam 8 pagi sampai dengan jam 8 malam. Pemilik yang selalu menjaga mutu dan kwalitas masakannya seperti bumbu petisnya dimasak terlebih dahulu, kecap dan tahu dibuat sendiri tanpa pengawet, menggunakan kacang tanah super 8 mm dan minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng kelapa bukan minyak goreng kelapa sawit. Kelebihan Tahu Lontong Lonceng dengan tahu lontong yang lain adalah mengunakan koyah kelapa, yaitu parutan kelapa yang digoreng kemudian dibumbui dan ditumbuk halus. Hmm.. ternyata ini yang membedakan Tahu Lontong Lonceng dengan tahu lontong kebanyakan yang ada di Kota Malang.
Tahu Lontong Lonceng dengan telur (dok: pribadi)[/caption]
Menu yang tersedia disini hanya tahu telor lontong dan tahu lontong. Dan lontongnya dapat diganti dengan nasi. Dengan pendamping lontong seperti kerupuk melinjo, kerupuk palembang, kerupuk niki eco dan kerupuk tenggiri. Menu minuman yang tersedia dari minuman panas dan dingin. Saya ketagihan dengan tahu lontong Lonceng ini lho.
Rawon Nguling 1942
Berawal dari Depot Lumayan yang berlokasi di Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan didirikan oleh Mbah Lik pada tahun 1942. Menu masakan khas Jawa Timur di depot tersebut seperti nasi rawon, nasi lodeh, nasi pecel, nasi krengsengan sapi dll. Dari jaman dahulu menu yang paling menonjol di depot tersebut adalah nasi rawon. Sehingga banyak orang yang menyebutnya Depot Lumayan itu Rawon Nguling. Saat ini Rawon Nguling sudah mempunyai lima cabang di Surabaya, satu di Jakarta dan satu di Malang. Mbah Lik memiliki adik bernama Ibu Sri yang terpaut jarak umur sangat jauh. Tahun 1983 Ibu Sri menikah kemudian ikut suami ke Malang dan di tahun itulah Rawon Nguling mulai membuka cabangnya di Malang. Berlokasi dekat alun-alun tepatnya di jalan Zainul Arifin 62, Kiduldalem, Klojen kota Malang.
[
Rawon Nguling n lauk pauk (dok: pribadi)
Rawon Nguling yang buka dari jam 7 pagi dan tutup jam 15.30 menyediakan banyak varian menu makanan seperti nasi rawon, rawon dengkul, nasi pecel, nasi lodeh dll, dan yang paling favorit tentunya adalah nasi rawon. Lauk pauk pelengkap disediakan di piring tersendiri berisi perkedel, mendol, tempe, babat, empal daging dll. Menu minuman disediakan minuman dingin seperti es cendol, es sinom, dll juga tersedia minuman panas seperti kopi jahe, wedang jahe dll.
Menu Rawon Nguling (dok: pribadi)
Resep dan cara memasak rawon yang tidak pernah berubah, tetap dipertahankan oleh Ibu Sri untuk mendapat cita rasa rawon yang segar. Memasak rawon setiap hari dengan api besar dimulai dari jam 5 sore sampai jam 12 malam, diteruskan api sedang sampai jam 3 pagi kemudian dilanjutkan menggunakan api kecil sampai jam 5 pagi. Jadi bukan memasak rawon dengan diinapkan, tetapi memasak menggunakan kompor yang menyala terus menerus dan rawon yang dimasak oleh Ibu Sri ini selalu habis. Sangat luar biasa rasa Rawon Nguling dengan kuah hitam yang berasal dari kluwek tetapi tidak terlalu pekat dan rasanya lezat sekali dengan potongan daging yang besar dan empuk bertekstur lembut.Uenakkk.
Warung Ibu Haji Ridwan 1945
Warung Ibu Haji Ridwan berlokasi di sebelah Warung Lama Haji Ridwan ini hanya dipisahkan dinding. Letaknya bersebelahan dan sama-sama menggunakan nama Ridwan, tetapi kedua warung ini tidak ada hubungan kekerabatan sama sekali.
Untuk menu yang dijual di Warung Ibu Haji Ridwan, kebanyakan menu makanan khas Jawa Timur. Seperti nasi rawon, nasi soto, sop iga, dll. Ada juga lauk pauk seperti lidah, babat, tempe, perkedel dll. Sate usus dan sate komoh sapi tentu saja ada. Oh ya, jangan lupa bila mau menyantap sate ini, dibakar dulu ya. Walaupun sudah berbumbu dan empuk, lebih nikmat bila dalam keadaan panas-panas. Hmm.. yummy.
Warung yang berasal dari nama almarhum suaminya Ibu Siti Azimah yaitu pak Haji Ridwan mulai memasarkan masakannya secara online ini sekarang mulai dipegang oleh anaknya Ibu Haji Ridwan di Pasar Besar, sedangkan Ibu Haji Ridwan juga menerima catering di rumah. Dalam sehari total bisa memasak daging dan lauk pauk sebanyak 20 kilogram. Waah, banyak sekali yah.
Saya dan teman-teman sudah mencicipi lima kuliner legendaris Malang, yuk kalian juga bisa ikut mencicipi. Dijamin menyenangkan.
Warung Lama Haji Ridwan 1925
Warung Lama Haji Ridwan menyediakan menu makanan khas Jawa Timur seperti nasi campur, nasi soto, sate komoh sapi, nasi krengsengan sapi, nasi rawon, sate usus dll. Menu minuman disini tersedia minuman dingin dan panas.
Sate komoh sapi dan sate usus di Warung Lama H Ridwan (dok: pribadi)
Oh ya jangan lupa, kalau kita memilih sate komoh atau sate usus, minta dibakar dulu ya. Walaupun sudah matang dan telah berbumbu, tetapi lebih nikmat bila menyantapnya setelah dibakar terlebih dahulu. Sate komoh sapi dengan serat dagingnya yang lembut di mulut juga sate ususnya empuk sekali dengan bumbu yang terasa sedikit manis. Dari dahulu hingga sekarang Warung Lama Haji Ridwan tetap mempertahankan cita rasa menu masakannya, ungkap Pak Yusup generasi ketiga yang sekarang memimpin Warung Lama Hj Ridwan.
Dengan Bapak Yusup generasi ketiga Warung Lama H Ridwan (dok: pribadi)
Warung yang berlokasi di lantai bawah Pasar Besar #B15-B16 sudah berdiri sejak tahun 1925 dengan perabotan meja kursi yang masih dipertahankan sejak jaman dahulu. Warung yang tidak mempunyai cabang ini buka dari jam 8 sampai jam 4 sore dan selalu ramai dikunjungi pelanggan setianya. Karyawan yang bekerja di Warung Lama Haji Ridwan dengan masa kerja 10 tahun akan diberi reward berupa perjalanan umroh ke tanah suci Mekkah.
Depot Han Tjwan Sing (HTS) 1927
Depot HTS yang sekarang terletak di jalan Dr Wahidin 123 Lawang ini awalnya tahun 1927 berupa lapak jualan kue di depan Pasar Lawang tahun 1927 oleh Bapak Han Tjwan Sing. Kue-kuenya yang enak terutama kue onde-onde banyak dibeli oleh penjual kue yang kemudian menjajakan kuenya ke penumpang bis yang bisnya banyak mangkal di depan Pasar Lawang. Depot HTS yang sekarang sudah dipegang oleh generasi ketiga yaitu Ibu Janny dan Ibu Lenny, adiknya Ibu Janny pada tahun 1988 pindah ke tempat baru dengan bangunan tiga lantai dan dilengkapi dengan area parkir yang luas.
Foto alm bpk Han Tjwan Sing yang digambar dengan goresan pensil tetangganya yang bisu tuli (dok: pribadi)
Dengan bertambahnya jenis menu seperti menu masakan berupa nasi rawon merah yang menjadi khas andalan Depot HTS, nasi rawon hitam, nasi sop merah, nasi iga dll menjadikan depot ini lebih ramai dikunjungi wisatawan yang hendak menuju ke Malang terutama di hari libur. Karena Lawang sendiri terletak di antara Surabaya dan Malang. Nasi rawon merah dengan potongan daging yang besar dan empuk berkuah merah tanpa kluwek yang gurih ditemani es kelapa kopyor sangat nikmat sekali. Mantap!
Nasi Rawon Merah (dok: pribadi)
Es Kelapa Kopyor (doc: pribadi)
Depot yang buka dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam ini memiliki 25 orang karyawan. Selain kue onde-onde yang menjadi khas andalan Depot HTS juga tersedia kue lemper, kroket, risol dll. Kue-kue ini diproduksi setiap hari dan bila pengunjung sepi maka ada kue yang bersisa. Dan kue-kue ini dibagi ke gereja dan panti asuhan di sekitar depot seperti Mutiara Bunda, Griya Asih, Griya Bina, dll.
Cemilan kue di etalase (dok: pribadi)
Onde-ondenya yang melegenda itu, zaman dahulu kala menjadi santapan favorit orang Belanda. Sampai sekarang, teman pemilik Depot HTS dari Belanda bila datang ke Indonesia pasti menyempatkan mampir ke Depot HTS untuk melepas kangen mencicipi onde-onde.
Tahu Lontong Lonceng 1935
Warung Tahu Lontong Lonceng berawal tahun 1935 dan sekarang sudah generasi ketiga dipimpin oleh Bapak Buang Abdul Rohim. Warung yang berlokasi di jl RE Martadinata, berseberangan dengan Kelenteng Eng An Kiong dan bersebelahan dengan Rumah Kematian Panca Budi. Tempatnya yang tidah terlalu luas hanya berukuran 3 x 5 meter dengan ada papan kecil di depan warung bertuliskan Warung Tahu Lontong Lonceng ini selalu ramai dengan pelanggannya. Disebut Tahu Lontong Lonceng karena dulu ada tugu dengan lonceng besar tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.
[ Warung Tahu Lontong Lonceng (dok: pribadi)[/caption]
Tahu Lontong Lonceng yang tidak membuka cabang dimanapun buka dari jam 8 pagi sampai dengan jam 8 malam. Pemilik yang selalu menjaga mutu dan kwalitas masakannya seperti bumbu petisnya dimasak terlebih dahulu, kecap dan tahu dibuat sendiri tanpa pengawet, menggunakan kacang tanah super 8 mm dan minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng kelapa bukan minyak goreng kelapa sawit. Kelebihan Tahu Lontong Lonceng dengan tahu lontong yang lain adalah mengunakan koyah kelapa, yaitu parutan kelapa yang digoreng kemudian dibumbui dan ditumbuk halus. Hmm.. ternyata ini yang membedakan Tahu Lontong Lonceng dengan tahu lontong kebanyakan yang ada di Kota Malang.
Tahu Lontong Lonceng dengan telur (dok: pribadi)[/caption]
Menu yang tersedia disini hanya tahu telor lontong dan tahu lontong. Dan lontongnya dapat diganti dengan nasi. Dengan pendamping lontong seperti kerupuk melinjo, kerupuk palembang, kerupuk niki eco dan kerupuk tenggiri. Menu minuman yang tersedia dari minuman panas dan dingin. Saya ketagihan dengan tahu lontong Lonceng ini lho.
Rawon Nguling 1942
Berawal dari Depot Lumayan yang berlokasi di Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan didirikan oleh Mbah Lik pada tahun 1942. Menu masakan khas Jawa Timur di depot tersebut seperti nasi rawon, nasi lodeh, nasi pecel, nasi krengsengan sapi dll. Dari jaman dahulu menu yang paling menonjol di depot tersebut adalah nasi rawon. Sehingga banyak orang yang menyebutnya Depot Lumayan itu Rawon Nguling. Saat ini Rawon Nguling sudah mempunyai lima cabang di Surabaya, satu di Jakarta dan satu di Malang. Mbah Lik memiliki adik bernama Ibu Sri yang terpaut jarak umur sangat jauh. Tahun 1983 Ibu Sri menikah kemudian ikut suami ke Malang dan di tahun itulah Rawon Nguling mulai membuka cabangnya di Malang. Berlokasi dekat alun-alun tepatnya di jalan Zainul Arifin 62, Kiduldalem, Klojen kota Malang.
[
Rawon Nguling n lauk pauk (dok: pribadi)
Rawon Nguling yang buka dari jam 7 pagi dan tutup jam 15.30 menyediakan banyak varian menu makanan seperti nasi rawon, rawon dengkul, nasi pecel, nasi lodeh dll, dan yang paling favorit tentunya adalah nasi rawon. Lauk pauk pelengkap disediakan di piring tersendiri berisi perkedel, mendol, tempe, babat, empal daging dll. Menu minuman disediakan minuman dingin seperti es cendol, es sinom, dll juga tersedia minuman panas seperti kopi jahe, wedang jahe dll.
Menu Rawon Nguling (dok: pribadi)
Resep dan cara memasak rawon yang tidak pernah berubah, tetap dipertahankan oleh Ibu Sri untuk mendapat cita rasa rawon yang segar. Memasak rawon setiap hari dengan api besar dimulai dari jam 5 sore sampai jam 12 malam, diteruskan api sedang sampai jam 3 pagi kemudian dilanjutkan menggunakan api kecil sampai jam 5 pagi. Jadi bukan memasak rawon dengan diinapkan, tetapi memasak menggunakan kompor yang menyala terus menerus dan rawon yang dimasak oleh Ibu Sri ini selalu habis. Sangat luar biasa rasa Rawon Nguling dengan kuah hitam yang berasal dari kluwek tetapi tidak terlalu pekat dan rasanya lezat sekali dengan potongan daging yang besar dan empuk bertekstur lembut.Uenakkk.
Warung Ibu Haji Ridwan 1945
Warung Ibu Haji Ridwan berlokasi di sebelah Warung Lama Haji Ridwan ini hanya dipisahkan dinding. Letaknya bersebelahan dan sama-sama menggunakan nama Ridwan, tetapi kedua warung ini tidak ada hubungan kekerabatan sama sekali.
Untuk menu yang dijual di Warung Ibu Haji Ridwan, kebanyakan menu makanan khas Jawa Timur. Seperti nasi rawon, nasi soto, sop iga, dll. Ada juga lauk pauk seperti lidah, babat, tempe, perkedel dll. Sate usus dan sate komoh sapi tentu saja ada. Oh ya, jangan lupa bila mau menyantap sate ini, dibakar dulu ya. Walaupun sudah berbumbu dan empuk, lebih nikmat bila dalam keadaan panas-panas. Hmm.. yummy.
Warung yang berasal dari nama almarhum suaminya Ibu Siti Azimah yaitu pak Haji Ridwan mulai memasarkan masakannya secara online ini sekarang mulai dipegang oleh anaknya Ibu Haji Ridwan di Pasar Besar, sedangkan Ibu Haji Ridwan juga menerima catering di rumah. Dalam sehari total bisa memasak daging dan lauk pauk sebanyak 20 kilogram. Waah, banyak sekali yah.
Saya dan teman-teman sudah mencicipi lima kuliner legendaris Malang, yuk kalian juga bisa ikut mencicipi. Dijamin menyenangkan.
Rabu, 30 Januari 2019
Nuansa Vintage di RM Ayam Kremes Potre Koneng di Malang
Suatu siang yang mendung di Malang, Ebo Dyah yang lagi nganggur menghubungi Bu'e. Bu'e ini adalah Bu Erny temannya Ebo Dyah. Yang Ebo Dyah jumpai di suatu grup Whatsapp dan ternyata Bu'e ini teman lama 10 tahun yang lalu. Ceritanya panjang deh, sepanjang kisah hidupku #eaa Dan sudah dua bulanan ini kenal Bu'e lagi. Nah, siang itu Bu'e mau nemenin Ebo Dyah meliput dan makan siang ke Soto Geprak Mbah Djo. Ini merupakan tugas liputan dari TravelingYuk dalam rangka penulisan buku dengan konsep kuliner legendaris kota Malang.
Singkat cerita setelah browsing di Google untuk cek posisi maps Soto Geprak Mbah Djo dan sudah bolak balik sepanjang jalan Letjend S Parman, tapi tidak ketemu juga alamatnya warung soto tersebut. Mobil yang Ebo Dyah kemudikan berjalan pelan menembus derasnya hujan. Setelah browsing lagi mendapat info kalau Soto Geprak Mbah Djo berada di jalan MT Haryono. Kemudian kami pun menuju arah MT Haryono tetapi ternyata tidak ketemu juga, sedang perut sudah keroncongan minta diisi. Akhirnya diputuskan ke Ayam Kremes Potre Koneng yang terletak di jalan Raya Dieng no 2A kota Malang. Sudah lama juga Ebo Dyah tidak berkunjung kesana.
Eh mau tahu nggak, cerita awal Ebo Dyah kenal Ayam Kremes Potre Koneng ini? Tahun 2016 dulu itu sama mbak Dhian naik motor melewati jalan Kawi dan sama-sama kelaperan cari rumah makan tapi gak ketemu yang cocok. Padahal di jalan Kawi kan banyak yang jualan makanan tuh. Karena Ebo Dyah waktu itu baru datang dari Jakarta dan mbak Dhian dari Gresik juga dan dua-duanya males browsing, tiba-tiba kami ngelewatin Ayam Kremes Potre Koneng itu, masuk dan makan disana, eh lucu juga nih rumah makan trus makanannya juga enak. Jadi sekarang setiap ada tamu dari Jakarta pasti Ebo Dyah ajak kesana. Ada apa sih di rumah makan Ayam Kremes Potre Koneng? Yuk kita masuk yuk.
Lokasinya yang di pojokan memang gak terlalu kelihatan dari jalan raya kalau itu rumah makan. Kecuali yang sudah menjadi pelanggan tetap dan memang ada running text di depan rumah makan tersebut. Begitu kami memasuki rumah makan tersebut, mata menjadi segar karena melihat interior rumah yang dekorasi dan perabotannya kebanyakan dari barang-barang lama alias vintage.
Ada pernak penik lawas sperti televisi tabung kecil 14", cangkir-cangkir, termos air panas, pring-piring dinding, timbangan, bakul dan panci dari bahan enamel, kain-kain panjang, lampu-lampu gantung dll. Dinding yang dicat dengan warna biru, lemari kayu pintu kaca menyimpan piranti makan minum antik, kursi jengki dengan bantalan hijau menambah kuat kesan tema vintage di rumah makan itu. Asyik kan liatnya.
Kalau dari namanya yang Potre Koneng, itu bahasa Madura yang artinya Putri Kuning. Masuk ke Ayam Kremes Potre Koneng konotasinya akan makan makanan tradisional Madura. Menu yang tersedia menu ala Madura seperti ayam jepe, nasi sayur lodeh, ayam kremes, bebek dll. Cemilan seperti pisang goreng, risol daging asap, jagung keju dll. Minuman tersedia minuman panas dan dingin.
Kami memilih duduk di pojokan dan petugas datang menghampiri kami sambil membawa lembar menu. Ebo Dyah memilih menu andalan rumah makan yaitu paket nasi ayam kremes dengan sayur urap dan Bu'e memesan paket nasi udang kremes dengan sayur urap juga. Minumnya sama-sama teh hangat manis. Sambil menunggu pesanan datang kami berfoto ria di semua sudut rumah makan yang instagramable itu. Kebetulan siang itu sepi, hanya ada satu meja dengan tiga wanita. Udah berasa yang punya rumah makan deh, pepotoan pindah-pindah lokasi #eaaa
Tak lama pesanan kami pun datang. Hmm, enaknya sih makan pake tangan saja. Kami pun bergantian cuci tangan di washtafel. Sepiring porsi pesananku isinya nasi putih yang dicampur sego empog/nasi jagung, sayur urap, sambel bajak, sambel mangga muda, dadar jagung, lalap timun, peyek daun bayam dan ayam kremes. Eh peyek daun bayamnya krispi banget lho. Jarang-jarang ada rumah makan yang menyajikan menu dengan peyek daun bayam. Tapiiii sambel mangga mudanya sedikit banget. Kurang euy hehee.
Kalau isi menunya Bu'e juga sama, bedanya hanya di udang kremesnya saja. Rasanya enak semua... nendang banget deh. Hujan yang mengguyur dan perut lapar membuat mulut kami mengunyah dengan cepat. Emak-emak ini laper apa doyan ya. Ayam kremesnya empuk banget. Ebo Dyah ngunyah tulang ayam sambil mikirin kucing di rumah. Pasti kalau ada si Kunkun dan Theo pasti pada nungguin dapet jatah dari Ebo Dyah hehe. Sayur urap yang terdiri dari rebusan sayur kacang panjang, tauge, kubis/kol dan parutan kelapa berbumbu sangat segar dan terasa banget kencurnya. Dadar jagungnya juga lembut dan rasanya mantul. Mantap betul. Semuanya sekali lagi, enaaak.
Selesai santap siang itu dan kami pun berpisah, karena Ebo Dyah melanjutkan perjalanan ke Swissbell in Hotel mau jemput nyak Nanda dan Bu'e lanjut belanja ke Toko Trendz. Kalian kapan nih ke rumah makan Ayam Kremes Potre Koneng. Sangat menyenangkan untuk makan dan kongkow disana
Singkat cerita setelah browsing di Google untuk cek posisi maps Soto Geprak Mbah Djo dan sudah bolak balik sepanjang jalan Letjend S Parman, tapi tidak ketemu juga alamatnya warung soto tersebut. Mobil yang Ebo Dyah kemudikan berjalan pelan menembus derasnya hujan. Setelah browsing lagi mendapat info kalau Soto Geprak Mbah Djo berada di jalan MT Haryono. Kemudian kami pun menuju arah MT Haryono tetapi ternyata tidak ketemu juga, sedang perut sudah keroncongan minta diisi. Akhirnya diputuskan ke Ayam Kremes Potre Koneng yang terletak di jalan Raya Dieng no 2A kota Malang. Sudah lama juga Ebo Dyah tidak berkunjung kesana.
Eh mau tahu nggak, cerita awal Ebo Dyah kenal Ayam Kremes Potre Koneng ini? Tahun 2016 dulu itu sama mbak Dhian naik motor melewati jalan Kawi dan sama-sama kelaperan cari rumah makan tapi gak ketemu yang cocok. Padahal di jalan Kawi kan banyak yang jualan makanan tuh. Karena Ebo Dyah waktu itu baru datang dari Jakarta dan mbak Dhian dari Gresik juga dan dua-duanya males browsing, tiba-tiba kami ngelewatin Ayam Kremes Potre Koneng itu, masuk dan makan disana, eh lucu juga nih rumah makan trus makanannya juga enak. Jadi sekarang setiap ada tamu dari Jakarta pasti Ebo Dyah ajak kesana. Ada apa sih di rumah makan Ayam Kremes Potre Koneng? Yuk kita masuk yuk.
Lokasinya yang di pojokan memang gak terlalu kelihatan dari jalan raya kalau itu rumah makan. Kecuali yang sudah menjadi pelanggan tetap dan memang ada running text di depan rumah makan tersebut. Begitu kami memasuki rumah makan tersebut, mata menjadi segar karena melihat interior rumah yang dekorasi dan perabotannya kebanyakan dari barang-barang lama alias vintage.
Ada pernak penik lawas sperti televisi tabung kecil 14", cangkir-cangkir, termos air panas, pring-piring dinding, timbangan, bakul dan panci dari bahan enamel, kain-kain panjang, lampu-lampu gantung dll. Dinding yang dicat dengan warna biru, lemari kayu pintu kaca menyimpan piranti makan minum antik, kursi jengki dengan bantalan hijau menambah kuat kesan tema vintage di rumah makan itu. Asyik kan liatnya.
Kalau dari namanya yang Potre Koneng, itu bahasa Madura yang artinya Putri Kuning. Masuk ke Ayam Kremes Potre Koneng konotasinya akan makan makanan tradisional Madura. Menu yang tersedia menu ala Madura seperti ayam jepe, nasi sayur lodeh, ayam kremes, bebek dll. Cemilan seperti pisang goreng, risol daging asap, jagung keju dll. Minuman tersedia minuman panas dan dingin.
Kami memilih duduk di pojokan dan petugas datang menghampiri kami sambil membawa lembar menu. Ebo Dyah memilih menu andalan rumah makan yaitu paket nasi ayam kremes dengan sayur urap dan Bu'e memesan paket nasi udang kremes dengan sayur urap juga. Minumnya sama-sama teh hangat manis. Sambil menunggu pesanan datang kami berfoto ria di semua sudut rumah makan yang instagramable itu. Kebetulan siang itu sepi, hanya ada satu meja dengan tiga wanita. Udah berasa yang punya rumah makan deh, pepotoan pindah-pindah lokasi #eaaa
Nasi ayam kremes potre koneng |
Tak lama pesanan kami pun datang. Hmm, enaknya sih makan pake tangan saja. Kami pun bergantian cuci tangan di washtafel. Sepiring porsi pesananku isinya nasi putih yang dicampur sego empog/nasi jagung, sayur urap, sambel bajak, sambel mangga muda, dadar jagung, lalap timun, peyek daun bayam dan ayam kremes. Eh peyek daun bayamnya krispi banget lho. Jarang-jarang ada rumah makan yang menyajikan menu dengan peyek daun bayam. Tapiiii sambel mangga mudanya sedikit banget. Kurang euy hehee.
Kalau isi menunya Bu'e juga sama, bedanya hanya di udang kremesnya saja. Rasanya enak semua... nendang banget deh. Hujan yang mengguyur dan perut lapar membuat mulut kami mengunyah dengan cepat. Emak-emak ini laper apa doyan ya. Ayam kremesnya empuk banget. Ebo Dyah ngunyah tulang ayam sambil mikirin kucing di rumah. Pasti kalau ada si Kunkun dan Theo pasti pada nungguin dapet jatah dari Ebo Dyah hehe. Sayur urap yang terdiri dari rebusan sayur kacang panjang, tauge, kubis/kol dan parutan kelapa berbumbu sangat segar dan terasa banget kencurnya. Dadar jagungnya juga lembut dan rasanya mantul. Mantap betul. Semuanya sekali lagi, enaaak.
Selesai santap siang itu dan kami pun berpisah, karena Ebo Dyah melanjutkan perjalanan ke Swissbell in Hotel mau jemput nyak Nanda dan Bu'e lanjut belanja ke Toko Trendz. Kalian kapan nih ke rumah makan Ayam Kremes Potre Koneng. Sangat menyenangkan untuk makan dan kongkow disana
Jumat, 21 Desember 2018
Wisata Murah Meriah De Berran
Di Batu tersedia banyak tempat wisata. Mulai dari wisata kuliner, wisata edukasi, sampai
wisata air coban/air terjun. Begitu pula dengan sumber mata air. Salah satu yang bisa kita kunjungi adalah Wisata air De Berran. Yuk kita kesana yuuuk
Asal Muasal De Berran
Fasilitas di De Berran
Selain kamar ganti, toilet, musholla dan stan makanan juga terdapat rumah panggung yang dapat disewa rombongan untuk reuni, arisan, dll.
Beberapa gazebo tersebar di pinggir kolam dapat digunakan sebagai tempat istirahat juga tempat meletakkan barang selama ditinggal berenang. Kolam renang dengan sumber mata air alami dengan panorama indah dan menenangan yang tidak menguras dompet sudah tidak diragukan lagi.
Kolam renang sumber mata air yang menyegarkan
Kolam renang De Berran menjadikan tempat andalan ini untuk berlibur bersama keluarga.
Memiliki luas dua ribu meter persegi yang berlokasi di Dusun Gondorejo, Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kabupaten Malang, terdapat tiga kolam renang dengan sumber air berasal dari kumpulan mata air yang berada di sekitar dusun tersebut. Pergantian air yang terus menerus dari mata air yang aman dan tidak memerlukan bahan kimia, sehingga dipastikan masih terjaga kesegaran dan kebersihannya. Kedalaman ketiga kolam bervariasi mulai dari 80 sentimeter, 100 sentimeter dan 150 sentimeter. Satu kolam lebarnya beragam dari 50 sampai dengan 200 meter persegi.
Disamping kolam renang dengan lingkungan sekitar yang masih alami berikut pepohonan rimbun menghijau juga gemericik sumber mata air, juga menyediakan fasilitas lengkap apalagi tiket lmurah. Jadi bagaimana, sudah cantumkan De Berran di daftar liburanmu berikutnya?
Label:
de berran
Senin, 10 Desember 2018
Eksotisnya Taman Nasional Baluran Jawa Timur
Taman
Nasional Baluran yang terletak di Situbondo Jawa Timur, tempo hari saya datangi
bersama suami dan teman-teman fotografernya. Perjalanan yang sudah direncanakan
jauh-jauh hari itu, akhirnya terlaksana jua. Kalo tertunda, wah sayang sekali. Karena momennya pas saat musim kemarau seperti saat itu. Tanggal 6 Oktober 2018 malam saya dan suami menggunakan mobil Proton Exora Bold mulai berangkat. Menghampiri rumah cak To di Sulfat,
disana sudah menunggu Cak To dan Habib
keponakannya, mas Ochin, dan om William Dewata. Saya duduk di depan karena saya
perempuan sendiri. Kalo acara hunting foto, saya suka ngintilin mereka hehe.
Kondisi
saat itu saya baru sehari tiba di Malang, setelah tanggal 2 - 4 Oktober 2018
saya ke Ranu Kumbolo bersama teman dari Jakarta.
Seperti
biasa saya tidur selama perjalanan. Perjalanan lancar, aman, damai. Saya kalau
sudah duduk di depan, kursi saya rebahkan sedikit, pake jaket rajut, kaus kaki,
selimutan pake kain Bali, dan jangan lupa pake bantal kecil. Nyaman deh tidur
saya, cukup untuk istirahat selama dalam perjalanan.
Perjalanan
lancar jaya dari Malang menuju TN Baluran. Sekitar 7 jam perjalanan malam itu. Menjelang
subuh jam 4 pagi, mobil kami memasuki pintu masuk TN Baluran. Bayar tiket masuk
dulu nih.
Harga tiket masuk dan tarif parkir hari Senin - Jumat:
- Wisatawan domestik Rp15,000,- dan wisatawan manca negara Rp150,000,-
- Tarif parkir untuk kendaraan roda 2 Rp2,500,- kendaraan roda 4 Rp10,000,- kendaraan roda 6 (bus) Rp50,000,-
Harga tiket masuk dan tarif parkir hari libur (tanggal merah):
- Wisatawan domestik Rp17,500 dan wisatawan manca negara Rp225,000,-
- Tarif parkir untuk kendaraan roda 2 Rp7,500,- kendaraan roda 4 Rp15,000,- kendaraan roda 6 (bus) Rp75,000,-
Kemudian kami melanjutkan perjalanan
lagi masuk ke dalam, melalui jalan yang sedang diperbaiki. Kurang dari sejam
kami sampai di warung. Karena hanya 1 warung yang ada disana. Kami disambut
monyet-monyet yang dengan tatapan waspada mereka siap-siap menerjang pintu
mobil yang terbuka untuk mencari makanan.
asyik deh monyetnya di atas mobil |
Fotografer yang rencananya mau motret
sunrise, batal sudah. Karena waktunya tak terkejar. Mereka segera melapisi
pakaian dengan pakaian kamuflase, pakaian ala tentara, motif loreng, rumput,
menutupi wajah, kepala dan kamera dengan jaring hijau. Jadi ceritanya kalo
motoin binatang dari dekat, tu binatangnya gak berasa dipoto. Candid ceritanya
yaaa.
suamiku in action |
Ada apa sih di TN Baluran? TN Baluran
dengan luas 25.000 ha, yang di dalamnya terdapat vegetasi dan satwa dilindungi
seperti banteng, rusa, kijang, kancil, kerbau liar, burung merak, burung
rangkong, monyet dll.
Menurut www.id.wikipedia.org
Taman nasional ini dibagi menjadi beberapa pos pengamatan. Pos
di Taman Nasional ini antara lain:
·
Batangan. Di sini terdapat peninggalan sejarah berupa goa Jepang, burung merak pada musim kawin (antara
bulan Oktober/November) dan berkemah. Fasilitas yang ada di sini antara lain
pusat informasi
·
Bekol dan Semiang. Di sini terdapat fasilitas pengamatan satwa
seperti ayam hutan, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau
liar, dan burung. Fasilitas yang
ada di sini antara lain wisma peneliti, wisma tamu, dan menara pandang.
·
Bama, Balanan, dan Bilik. Di sini merupakan lokasi wisata
bahari, lokasi memancing, menyelam/snorkeling, dan atraksi perkelahian
antar rusa
jantan (pada bulan Juli/Agustus) dan atraksi kawanan kera
abu-abu yang memancing kepiting/rajungan dengan ekornya pada saat air laut
surut.
·
Manting, dan Air Kacip. Di sini terdapat sumber air yang tidak
pernah kering sepanjang tahun, dan merupakan habitat macan tutul.
·
Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo. Di sini terdapat fasilitas
untuk naik sampan di laut yang tenang, melihat berbagai jenis ikan hias, dan
lokasi pengamatan burung migran.
·
Curah Tangis. Di sini terdapat fasilitas untuk kegiatan panjat
tebing dengan tinggi 10-30 meter, dan kemiringan sampai 85%.
Kami ke TN Baluran hanya ke Savana Bekol
dan Pantai Bama saja.
Ketika kami mau mencari penginapan di
Bekol, eh penginapan di dalam ternyata sudah penuh, sudah full dibooking
karyawan GoJek. Di sekitar warung terdapat parkiran, toilet, mushola, kantor TN
Baluran dll. Suami, mas Ochin dan om William sudah menyebar berkeliling foto.
Saya ikut cak To dan Habib keponakannya masuk warung untuk sarapan. Pagi itu
segelas teh manis dan bakwan jagung yang kubawa dari Malang, menjadi sarapanku.
Kalo Cak To dan Habib sarapan nasi lalap. Kenyang sudah, kami mulai berjalan ke
padang Savana. Oktober saat itu di TN Baluran sangat kering, musim hujan belum
mulai. Sehingga padang savana saat itu seperti padang savana yang ada di
Afrika. Keren kan. Saya berjalan kaki menggunakan sepatu gunung, karena memang
medan penuh dengan tanah kering dan akar belukar. Di tangan saya dan Habib,
sudah siap ketapel tanpa isi, buat nakut-nakutin monyet. Padahal sih monyet
yang takut sama kita haaa.
Savana Bekol, ini udah ganti sepatu haha |
Indah sekali pemandangannya, walaupun
jalan terus menyusuri padang savana yang luas, melihat dari jauh segerombolan
rusa, banteng yang sedang merumput dan minum air. Ada burung merak dengan
cantiknya mengembangkan ekornya. Tak lupa saya dan Habib sesi foto dengan Cak
To. Eksotis banget pemandangannya. Berasa di padang Savana di Afrika lho. Sini yuuuk
jepretan mas Ochin |
jepretan mas Ochin |
jepretan suami |
Setelah lelah berkeliling, kami kembali
lagi ke mobil. Saya sih ganti alas kaki dan celana. Kemudian masuk ke warung
lagi menunggu teman-teman fotografer yang lain. Makanan dan minuman di warung
itu tidak mahal. Makan berenam selalu bayar dengan selembar uang seratus ribu
dan masih ada susuk atau kembalian. Padahal udah makan nasi lalap dengan lauk
ikan, ayam, cemilan, kopi, sayur asem, kerupuk dll.
Kemudian kami masuk mobil dan mulai berangkat menuju pantai Bama. Disana temen-temen fotografer pada foto-foto dan tidur siang. Wah disini monyetnya
lebih seru lagi. Tidak malu-malu untuk usil dan menjarah tas isi makanan para
pengunjung. Hehe.
Beda dengan sebelumnya pemandangan di
Savana Bekol yang kering, di pantai Bama ini mata dimanjakan dengan indahnya
pantai dan laut. Dengan air yang jernih biru, rasanya mau mandi saja disana
tapi kok malu ya. Soalnya sepi dan panas pula. Hoho.. Akhirnya berleha-leha
duduk-duduk saja di kursi potongan kayu-kayu yang disusun jadi meja dan kursi yang
banyak bertebaran di pantai Bama, saya menunggu teman fotografer. Ada yang
mancing, ada yang hunting foto, ada yang tidur. Saya gak bisa tidur sama
sekali. Hanya duduk, main ayunan, jalan-jalan di pantai, jalan-jalan melihat
mangrove, juga nontonin monyet cari kutu hihi.
mangrove pantai Bama |
pantai Bama |
Menjelang sore kami kembali lagi ke Savana
Bekol. Teman fotografer rencana ambil sunset disana. Dan saya duduk saja
menunggui mereka selesai. Sambil ngobrol dengan supir travel dari Banyuwangi
yang katanya saat itu sedang membawa tamu dari Bali. Supir dan tamu janjian di
Ketapang kemudian melakukan trip sesuai permintaan tamunya.
Ketika saya aplot foto-foto di
Facebook, Ira teman SMA yang seorang dokter kandungan di Situbondo melihat
postingan saya. Alhamdulillah malah ditawari menginap di rumahnya. Rejeki
yaaah. Setelah acara foto sunset yang berakhir sampai malam jam 19, saya
diantar ke rumah Ira. Kalo suami dan fotografer yang lainnya nginep di rumah
teman suami yang ada di Situbondo juga. Ahhh, dasar musafir cari penginapan
gratissss.
sunset di Savana Bekol, jepretan suamiku |
Besoknya saya diajak Ira ke pantai Pasir
Putih Situbondo. Laut tampak tenang, cerah, sedamai hatiku menikmati
ciptaanNya. Sambil menemani putra bungsunya Ira berenang di poantai, kami menikmati sate ayam. Daging ayamnya kecil, kalo Ira bilangnya sate laler haaa.
Yang saya dengar rombongan suami dan fotografer, subuh mereka foto sunrise di pantai Pasir Putih, Akhirnya terbayarkan juga mereka untuk foto sunrise.
sunrise di pantai Pasir Putih, jepretan mas Ochin |
Terima kasih untuk dokter Ira yang sudah mau direpoti. Saya dapat tidur nyenyak di istananya dokter Ira hehe. Dan siang itu rombongan suami menjemput saya di pantai Pasir Putih untuk kembali ke kota
Malang.
jepretanku di pantai Pasir Putih Situbondo |
Indonesia terlalu indah untuk dilewatkan ketika liburan datang yaa. Mari jelajahi Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)